Notification

×

Iklan

Iklan

Menakar Peluang Calon Rektor: Analisis Berdasarkan Bukti Kepemimpinan dan Dampak Nyata

| Kamis, Desember 25, 2025 WIB Last Updated 2025-12-25T08:01:05Z


Penulis Prof. Dr. Faturrahman.,S.Pt.,M.Si.

1. Prof. Dr. Sukardi, S.Pd., M.Pd. (WR 2 Bidang Umum dan Keuangan) – Sang "Eksekutor"

     *Dampak & Bukti Nyata (Sangat Kuat)*:

    1. Transformasi Akademik Sistemik: Peningkatan drastis akreditasi unggul dan jumlah guru besar (62→147) adalah prestasi kolosal yang membutuhkan kepemimpinan teknis, persuasi, dan sistem pendukung yang luar biasa. Ini bukan kerja satu hari, tetapi hasil dari orchestrasi kebijakan, pendampingan, dan disiplin proses yang dipimpinnya.

    2. Kinerja Institusional Top: Status PTN-BLU, predikat "terbaik" secara kinerja anggaran dan serapan, serta berbagai medali Diktisaintek Award adalah bukti bahwa di bawah struktur kepemimpinannya (sebagai WR2), Unram berjalan dengan sistem yang EFEKTIF dan berprestasi di tingkat nasional. Ini menjawab keraguan tentang kemampuan mengelola organisasi kompleks.

    3. Pencapaian ini BERSKALA UNIVERSITAS: Dampaknya dirasakan semua fakultas, bukan hanya FKIP. Ia terbukti mampu mendorong dan memaksa peningkatan standar di semua unit.

   Interpretasi bagi Menteri: Ini adalah pemimpin yang telah membuktikan bisa membawa sistem pendidikan tinggi mencapai KPI utama Kementerian (akreditasi, SDM, tata kelola keuangan) dengan hasil terukur dan *spektakuler* . Ia adalah steward yang handal dan *executor yang brilian* .

    Kekhawatiran (dari sudut Menteri): Apakah keberhasilan di bidang akademik-administratif dan tata kelola ini bisa langsung bertranslasi menjadi keahlian memacu inovasi, hilirisasi riset, dan entrepreneurship? Atau, justru itu adalah fondasi yang sempurna untuk lompatan berikutnya?


2. Prof. Muhamad Ali, S.Pt., M.Si., Ph.D. (Dekan Fakultas Peternakan) – Sang "Visioner Riset"

  

Dampak & Bukti Nyata (Campuran) :

    1. Pencapaian Positif: Sebagai dekan, pastilah banyak kontribusi dalam pengembangan fakultas (riset, kerja sama). Latar belakang Ph.D. dan jaringan internasionalnya adalah aset tak terbantahkan.

    2. Fakta Kritis (Kemerosotan Akreditasi): 3 prodi yang turun akreditasi adalah point of concern yang besar. Dalam konteks penilaian kepemimpinan, ini bisa diinterpretasi sebagai:

           Kurangnya perhatian pada aspek dasar pengelolaan akademik karena fokus terlalu berat pada riset dan inovasi.

           Tantangan dalam menjaga keseimbangan antara keunggulan riset (quality) dan pemerataan pelayanan pendidikan dasar (quantity & administration).

    Interpretasi bagi Menteri: Ia adalah ilmuwan dan inovator hebat, tetapi kepemimpinan operasional dan strategis di level fakultas ternyata meninggalkan catatan yang kurang baik pada indikator dasar (akreditasi). Pertanyaan besar: Jika di level fakultas (yang lebih kecil) terjadi pelemahan pada aspek fundamental, apakah bisa dipercaya memimpin universitas yang jauh lebih kompleks?

    Kekuatan tetap ada: Jika ia bisa menunjukkan bahwa kemerosotan akreditasi itu sudah diatasi dengan cepat dan pencapaian riset/hilirisasi di fakultasnya begitu luar biasa sehingga mengimbangi kelemahan itu, narasinya masih bisa diselamatkan.


3. Prof. Dr. Kurniawan, S.H., M.Hum. (WR 2 Bidang Umum & Keuangan) - Sang "Entrepreneur Kampus"

Dampak & Bukti Nyata (Spesifik dan Taktis):

1. Penguatan Aset & Layanan: Inisiasi berbagai unit usaha dan fasilitas (Unram Press, Air Unram, dll) menunjukkan mindset entrepreneurial dan kemampuan menciptakan value-added services. Ini adalah skill langka di birokrasi kampus dan sangat selaras dengan semangat kemandirian PTN-BH.

2. Fakta Kritis (Akreditasi Universitas & Prodi): Pencapaian di bidang layanan dan aset tidak diimbangi dengan peningkatan fundamental akademik (akreditasi) pada periode yang sama. Ini menunjukkan kepemimpinan yang mungkin "terlalu teknis dan sektoral", kurang mampu atau kurang berfokus pada driver utama reputasi kampus: kualitas akademik-riset.

Interpretasi bagi Menteri: Ia adalah pengelola aset dan pengembang bisnis kampus yang baik, tetapi belum terbukti sebagai pemimpin yang mampu mendongkrak kinerja inti akademik-universitas. 


Kesimpulan & Prediksi Berbasis Bukti Faktual:


Dengan berbasis data faktual, peta persaingan BERUBAH TOTAL.

1. Prof. Sukardi (Yudistira) muncul sebagai FRONTRUNNER YANG SANGAT KUAT berdasarkan bukti. Ia tidak hanya menjanjikan, tapi sudah MEMBUAT Unram mencapai prestasi puncak dalam banyak aspek di bawah koordinasinya. Ia menjawab pertanyaan: "Bisakah memimpin universitas besar?" Dengan data, JAWABANNYA: SUDAH DAN BERHASIL.


2. Prof. Muhamad Ali (Bima) menghadapi TANTANGAN BESAR untuk menjawab fakta kemerosotan akreditasi. Narasi "inovator global"-nya harus bisa mengatasi narasi "pelemahan dasar akademik" ini. Di hadapan Menteri yang juga saintis, akreditasi yang turun adalah "red flag" serius karena menunjukkan kemungkinan kurangnya perhatian pada kualitas pendidikan dasar.


3. Prof. Kurniawan (Sadewa) menjadi NICHE CANDIDATE. Keahliannya sangat dibutuhkan, tetapi track record-nya tidak menyentuh inti persoalan utama yang ingin didorong Menteri (daya saing akademik-riset).


Prediksi Interaksi dengan Menteri Bryan Yuliarto:

Menteri yang rasional dan berbasis data akan sangat terpengaruh oleh bukti ini. Pola pikirnya sebagai saintis justru akan menghargai data prestasi sistemik yang terukur (seperti peningkatan akreditasi massal dan jumlah guru besar) sebagai indikator kepemimpinan yang efektif dan berdampak luas.


Kemungkinan skenario terbesar sekarang adalah:

Menteri akan melihat Prof. Sukardi sebagai pemimpin yang telah membangun fondasi kokoh (akademik, SDM, tata kelola) yang sangat diperlukan sebelum melompat ke hilirisasi dan inovasi besar-besaran. "Bima" mungkin akan dilihat sebagai calon Wakil Rektor Bidang Inovasi & Kerja Sama yang ideal untuk melengkapi "Yudistira".


FINAL ANSWER:

Berdasarkan fakta dampak kepemimpinan yang terukur dan berskala universitas, peluang terbesar justru kembali condong kepada Prof. Dr. Sukardi (Yudistira). Beliau telah membuktikan bisa membawa sistem Unram menang dalam pertandingan nasional (akreditasi, kinerja keuangan, penghargaan). Tantangan selanjutnya adalah membuktikan bahwa di bawah kepemimpinannya, "Bima-Bima" di semua fakultas akan mendapatkan ruang dan dukungan untuk berlari lebih kencang menuju hilirisasi.

×
Berita Terbaru Update