Notification

×

Iklan

Iklan

Kematian Brigadir Nurhadi di Gili Trawangan Penuh Kejanggalan, Keluarga Setuju Autopsi Ulang

| Sabtu, Mei 03, 2025 WIB Last Updated 2025-05-02T21:26:14Z
Makam Brigadir Nurhadi di Narmada Lombok Barat.(Istimewa).


PARAGRAFNEWS.id  – Kematian Brigadir Muhammad Nurhadi, anggota Bidang Propam Polda NTB, di sebuah kolam vila di Gili Trawangan pada 16 April 2025, menyisakan tanda tanya besar. Pria kelahiran 1994 asal Bertais, Kota Mataram itu dinyatakan meninggal dunia dengan kondisi tubuh penuh luka, memicu dugaan adanya ketidakwajaran di balik peristiwa tersebut.


Brigadir Nurhadi dilaporkan berangkat ke Gili Trawangan bersama Kompol I Made Yogi Porusa Utama, IPDA Haris Chandra, dan dua perempuan yang diduga berprofesi sebagai pramugari. Mereka menyeberang menggunakan speedboat dari Pelabuhan Teluk Kodek ke Gili Trawangan, lalu menginap di hotel berbeda. Brigadir Nurhadi dan Kompol Yogi menempati kamar dengan kolam pribadi di The Beach House Hotel.


Namun, malam itu menjadi malam terakhir Brigadir Nurhadi. Ia ditemukan dalam kondisi tenggelam di kolam tersebut dan sempat mendapat pertolongan di Klinik Warna. Sayangnya, nyawanya tidak tertolong.


Yang mengundang kejanggalan, tubuh jenazah ditemukan penuh luka. Terdapat memar di bawah mata, leher, pinggang, serta sobekan di punggung kaki dan jari-jari. Bahkan darah masih terus keluar dari luka saat jenazah dimandikan, sebagaimana disampaikan Taufiq Mardanu, pemandi jenazah sekaligus sahabat korban.


“Kami kaget lihat kondisinya. Ada luka memar dan darah yang keluar terus, bahkan setelah dimandikan,” ungkap Taufiq.


Keluarga awalnya menolak autopsi, namun kemudian berubah sikap. Pada 1 Mei 2025, makam Brigadir Nurhadi di TPU Peresak, Narmada, Lombok Barat, dibongkar untuk keperluan ekshumasi dan autopsi oleh tim forensik Mabes Polri. Meski tanpa kehadiran pengacara keluarga, Polda NTB menjamin proses berjalan profesional.


“Kami pastikan autopsi dilakukan sesuai standar dan etika kedokteran forensik,” kata Kabid Humas Polda NTB, Kombes Pol Muhammad Kholid.


Kasus ini turut mendapat sorotan akademisi dan pegiat hukum. Dosen Hukum Universitas Mataram, Syamsul Hidayat, menilai kematian aparat penegak hukum di kolam renang dangkal sangat janggal. Menurutnya, wajib dilakukan penyelidikan mendalam dan transparan.


“Seorang polisi pasti memiliki kemampuan renang. Meninggal di kolam dangkal harus jadi tanda tanya besar,” tegasnya.


Sementara itu, Ketua BKBH Unram, Joko Jumadi, mendesak agar Mabes Polri dan lembaga eksternal turut dilibatkan. Ia menduga ada upaya membungkam keluarga, mengingat komunikasi yang sempat terbuka kini menjadi tertutup.

“Kasus ini penuh misteri. Harus dibuka secara terang benderang ke publik,” kata Joko.


Hingga kini, hasil autopsi belum diumumkan secara resmi. Namun publik menanti kejelasan dan keadilan dalam kasus yang mulai menyedot perhatian nasional ini.
×
Berita Terbaru Update